JUDUL
“ Hubungan pendidikan dan
pengangguran “
Nama : Sugerman
Kelas : 1
EB 24
NPM : 27212174
Tugas/Tulisan : Tugas
ke – 1
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012/2013
A B S T R
A K
Tulisan ini dibuat
untuk mengulas berbagai aspek khususnya tentang hubungan antara pendidikan dan
pengangguran. Ternyata pendidikan sangat berpengaruh pada masa depan agar tidak
menganggur. Namun pendidikan tinggi pun tidak menjamin terbukanya lapangan
pekerjaan jika pribadi masing-masing tidak memiliki keahlian yang kompeten.
Tulisan ini dibuat atas
banyaknya bukti dan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di indonesia. Dalam
tulisan ini saya menyajikan informasi berupa pengaruh pendidikan dengan
pengangguran dan faktor-faktor yang menyebabkan banyak masyarakat indonesia
yang menganggur.
LANDASAN
TEORI
Pengangguran atau tuna karya
adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari
kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Jenis-jenis pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
·
Pengangguran friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara
pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan
yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah
akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas
yang lebih baik dari sebelumnya.
- Pengangguran konjungtural
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian / siklus ekonomi.
- Pengangguran struktural
Pengangguran
structural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi
dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran structural bias diakibatkan
oleh beberapa kemungkinan,
1
Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek
yang menyebabkan seseorang harus nganggur.
2
Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
- Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
B A B I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Salah satu faktor ekonomi
penyebab kemiskinan yang melanda Negara tercinta kita ,yakni makin meningkatnya
angka pengangguran. Pengangguran adalah masalah yang paling berat, karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan
jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan
dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung”
di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit,
dilakukan oleh lebih banyak orang.
Angka pengangguran terbuka di Indonesia masih mencapai 8,12 juta jiwa. Angka tersebut belum termasuk dalam pengangguran setengah terbuka, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 30 jam per minggu. Masih tingginya angka pengangguran di Indonesia, harus diatasi dengan menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang unggul.
Angka pengangguran terbuka di Indonesia masih mencapai 8,12 juta jiwa. Angka tersebut belum termasuk dalam pengangguran setengah terbuka, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 30 jam per minggu. Masih tingginya angka pengangguran di Indonesia, harus diatasi dengan menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang unggul.
B
A B II
PEMBAHASAN
1.1
Pengaruh pendidikan dan pengangguran
Dengan
jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta
dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan
tenaga kerja menjadi sangat besar dan kompleks.
Pengangguran
intelektual tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak mampu
menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga
seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja
asing.Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga
kerja yang terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya
menyandang gelar.
Salah
satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah sulitnya memberikan
pendidikan yang benar-benar dapat memupuk profesionalisme seseorang dalam
berkarier atau bekerja.Saat ini pendidikan kita terlalu menekankan pada segi
teori dan bukannya praktek.Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang
monoton sehingga membuat para siswa menjadi bosan.Kita hanya pandai dalam teori
tetapi gagal dalam praktek dan dalam profesionalisme pekerjaan
tersebut.Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik kita juga adalah karena kita
terlalu melihat pada gelar tanpa secara serius membenahi kualitas dari
kemampuan di bidang yang kita tekuni.
Jadi
apakah dengan pendidikan yang tinggi akan semakin mudah mencari kerja? Dan
mampukah Pemerintah dengan filosopis anggaran 20 persen dari APBN maupun APBD
yang dialokasikan untuk pendidikan nantinya dibarengi dengan peningkatan
kesempatan kerja?atau hanya hisapan jempol belaka?
Bagaimanapun
pendidikan adalah sarana untuk mentrasformasi kehidupan kearah yang lebih
baik.Pendidikan pun dijadikan standar stratifikasi sosial seseorang. Orang yang
berpendidikan akan mendapatkan penghormatan (prestice of life) dimata publik
walaupun dari keturunannya tidak dikarunia oleh Tuhan kekayaan yang berlimpah.
Akibatnya,
orangpun berbondong-bondong untuk mengenyam pendidikan
setinggi-tingginya.Mengingat dunia ini terus melaju pada era globalisasi, era
persaingan global dan Indonesia merupakan bagian yang ikut andil didalamnya.
Dikehendaki
ataupun tidak, setiap negara akan mengikuti perubahan dunia tersebut. Sehingga
untuk mempersiapkan diri dari setiap persaingan global tersebut, manusiapun
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikannya baik mereguk pendidikan
didalam negeri maupun dinegeri orang yang sudah nyata-nyata kualitasnya (hight
quality).Demikian merupakan syarat utamanya.
1.2
Faktor yang mempengaruhi pengangguran
Masalah
pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu sebab. Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global adalah sebagai berikut :
·
Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan
Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
·
Lapangan Kerja sedikit
·
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan
penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang Apabila kesempatan kerja jumlahnya
sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak
terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan
yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan
sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.
·
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar
daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
·
Budaya pilih-pilih pekerjaan Pada dasarnya
setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi
ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di
Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang
didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi).
·
Pemalas
Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di
Indonesia adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar
lain yang ditempuh adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran
adalah kekhawatiran terbesar di dunia saat ini simpul sebuah survey yang
dilakukan oleh BBC World Service terhadap 11.000 orang di 23 negara.
Dalam
jajak pendapat tahunan ini, dinamai The World Speaks (Dunia berbicara), ditulis
sederet daftar hal yang meresahkan dan responden diminta membicarakan dengan
keluarga dan teman apa yang paling mereka khawatirkan sepanjang bulan lalu.
Korupsi
dan kemiskinan masih duduk di posisi kecemasan tertinggi, namun pengangguran
disebut oleh 18% responden, enam kali lipat dari jumlah orang yang
mengkhawatirkannya saat pertama kali masuk daftar pada survey pertama tahun
2009.
Jajak pendapat ini
dilakukan oleh Globescan, dimana hasilnya menunjukkan kecemasan terhadap
kehilangan pekerjaan dirasakan merata di berbagai negara yang menjadi lokasi
survey, meski persoalan korupsi masih jadi isu yang paling banyak dibicarakan
sebagai persoalan dunia.
Hampir seperempat
responden menyatakan telah membicarakan soal pengangguran dalam bentuk apapun
dalam sebulan terakhir. Kekhawatiran terbesar berkutnya adalah kemiskinan
ekstrim dimana satu dari lima responden mengaku membicarakan masalah ini
baru-baru ini.
Hal
terkait dengan inflasi, seperti harga bahan pokok dan BBM yang terus meroket,
ada di peringkat ketiga, dan seperti juga masalah pengangguran soal kenaikan
harga dibicarakan oleh 18% orang yang disurvey.
Tetapi beda negara,
nampaknya muncul perbedaan tingkat kekhawatiran pula meski sama-sama berkisar
pada persoalan pengangguran.
Negeri paling atas
yang mencemaskan isu pengangguran adalah Spanyol, dimana 54% responden
mengatakan membicarakan persoalan ini baru-baru saja, naik dari sebelumnya
sepertiga responden yang ditanyai di negara Eropa ini menurut jajak BBC yang
sama tahun lalu.
Sementara
berturut-turut Ghana, Meksiko, Nigeria dan Turki adalah negara-negara dimana
topik ini menjadi bahan pembicaraan yang diwarnai kecemasan, dimana sepertiga
atau lebih responden yang disurvey menyatakan membicarakan isu pengangguran
sebulan terakhir.
1.3
Perkembangan tingkat pengangguran di
Indonesia
Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi akan dapat mempengaruhi jumlah angkatan kerja dan tingkat
pengangguran. Pengaruhnya positif yaitu dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi
maka akan mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan
perkapita. Hal ini akan mendorong hasrat keluarga untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi menjadi besar.
Dengan demikian proporsi penduduk yang tidak termasuk angkatan kerja dalam usia
kerja meningkat.
Berdasarkan
data BPS tahun 1989-2007 di Indonesia seperti terlihat pada tabel IV-3,
menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1989 adalah sebesar
2.081.089 jiwa. Pada tahun 1990, tingkat pengangguran di Indonesia meningkat
sebesar 2.189.089 jiwa. Pada tahun 1991, tingkat pengangguran
menurun sebesar 2.032.369 jiwa. Disini pemerintah kembali berperan dalam
menurunkan jumlah pengangguran, dimana setelah perekonomian Indonesia kembali
membaik, pemerintah terus mengupayakan untuk mengembangkan usaha ekonomi mikro
yaitu dengan membantu permodalan yang disalurkan melalui bank-bank pemerintah.
Pada tahun berikutnya, tingkat pengangguran di Indonesia terus meningkat. Pada
tahun 1997, tingkat pengangguran mengalami penurunan sebesar 4.275.155 jiwa.
Dan pada tahun selanjutnya tingkat pengangguran di Indonesia meningkat drastis
sampai tahun 2007 tingkat pengangguran di Indonesia sudah sebesar 11.647.497
jiwa. Keadaan ini dipengaruhi oleh dinamika struktur umur, jenis kelamin dan
perubahan struktur ekonomi yang diakibatkan oleh terjadinya krisis moneter
serta perekonomian Indonesia yang berjalan tidak lancar atau stabil.
Perkembangan tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun 1989-2007 dapat
dilihat pada tabel IV-3 berikut ini.
Tabel IV-3
Perkembangan Tingkat Pengangguran di
Indonesia
Tahun 1989-2007
Tahun
|
Tingkat Pengangguran
( jiwa )
|
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
|
2.081.089
2.189.089
2.032.369
2.185.602
2.308.285
3.737.524
6.251.201
4.407.769
4.275.155
5.062.483
6.030.319
5.831.231
7.739.576
8.397.112
9.939.301
10.251.351
11.899.266
11.104.693
11.910.157
|
Sumber : BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (diolah)
Faktor pemicu
meningkatnya jumlah pengangguran dikarenakan banyaknya terjadi urbanisasi yang
mengakibatkan pengangguran di kota lebih besar dibandingkan dengan pengangguran
di pedesaan. Keadaan ini ada kaitannya dengan jenis pekerjaan di pedesaan
yang umumnya adalah pekerjaan informal sedangkan di perkotaan adalah pekerjaan
formal sehingga tidak mudah bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.
Ketidakpastian keterampilan dan pendidikan juga faktor lain pemyebab tingginya
pengangguran yang terus mengalami peningkatan.
1.4
Sistem pendidikan di Indonesia
Sistem
Pendidikan Di Indonesia - Apa sih yang dimaksud Sistem Pendidikan
Yang Berkualitas? kali ini DaunSingkong akan menjelaskan apa yang dimaksud
dengan Sistem Pendidikan Yang Berkualitas. Pendidikan
yang berkualitas bukanlah pendidikan yang ditinjau dari segi finansial, karna
sekolah mahal belum tentu menjamin sekolah itu berkualitas, sekolah berkualitas
atau tidak itu bisa dinilai dari Sistem pendidikannya. Namun sayangnya sistem
pendidikan yang bagus masih sulit untuk ditemukan, seperti sistem
pendidikan di Indonesia yang terbilang cukup kurang yang menempati
peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan
oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi
terbawah bersama Meksiko dan Brasil.Tempat pertama dan kedua ditempati
Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam.
Hasil
Peringkat tersebut diperoleh berdasarkan hasil dari pemaduan tes internasional
dan data, mulai dari tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010, serta
kualitas tenaga pendidik.Sir Michael Barber (penasihat pendidikan utama
Pearson) mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara
memberikan status tinggi pada guru dan memiliki “budaya”
pendidikan.Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi
semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil
tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah
orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. Gambaran
perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan
dengan tes Pisa dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan
(OECD), yang juga merupakan salah satu tes dalam proses penyusunan peringkat.
Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk Pearson oleh
Economist Intelligence Unit.
1.5
Cara mengatasi pengangguran
Cara mengatasi
Penganggura Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara
mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu
sebagai berikut :
o Cara
Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara
yang digunakan adalah :
1.
Peningkatan mobilitas
modal dan tenaga kerja
2.
Segera memindahkan kelebihan
tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi
yang kekurangan
3.
Mengadakan pelatihan
tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4.
Segera mendirikan
industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
o Cara
Mengatasi Pengangguran Friksional Untuk mengatasi pengangguran secara umum
antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
§ Perluasan
kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya
§ Deregulasi
dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya
investasi baru
§ Menggalakkan
pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
§ Menggalakkan
program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector
formal lainnya
§ Pembukaan
proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung
B
A B III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angka pengangguran di Indonesia yang
telah mencapai puluhan juta bahkan mencapai angka yang fantastik merupakan suatu
masalah yang mendesak yang harus segera dipecahkan karena dampak pengangguran akan
sangat berpengaruh bagi tatanan kehidupan sosial ,contohnya kejahatan sosial pencurian/penodongan/perampokan,
pelacuran, jual beli anak, anak jalanan dan lain-lain. Pengangguran telah menjadi
kuman penyaki tsosial yang relatif cepat menyebar, berbahaya dan beresiko tinggi
menghasilkan korban sosial yang pada gilirannya menurunkan kualitas sumber daya
manusia, martabat dan harga diri manusia. Karena itulah maka melalui strategi komunikasi
pembangunan, kebijakan-kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang
realistis mutlak dilakukan agar angka pengangguran dapat ditekan/dikurangi. Dengan
kebijakan yang langsung menyentuh permasalahan pengangguran,maka penyebab dari berbagai
patologi sosial yang dialami masyarakat saat ini dapat dikurangi.
Berbagaimasalahsosialperkotaan yang meresahkan masyarakat saat ini berakar dari
kesulitan hidup atau kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh ketiadaan sumber hidup
(pekerjaan).
3.2 Saran
Peran orang terdekat dan pemerintah menjadi
penunjang permasalahan pengagguran ini Orang terdekat hendaklah mensupport dan menyemangat
isi-pengaggur dengan hal positif atau dengan menyarankan untuk menjadi wirausahawan
Dan pemerintah hendaknya menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan jumlah pengagguran
dengan pelatihan berbagai sumber daya manusia yang memadai.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar