Rabu, 25 Desember 2013

ekonomi koperasi

latar belakang : berikut ini adalah hasil wawancara dan data yang berhasil kami peroleh dari sumber koperasi guna memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah ekonomi koperasi.
tujuan : untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen ekonomi koperasi yang berupa mencari dan menganalisa suatu koperasi dengan di sertakan data-data yang diperlukan atau bermanfaat bagi pembaca.
isi : KOPERASI KOPSIMDO dideklarasikan dan didirikan pada hari Sabtu tanggal 12 September 2009 di Hotel Ever Green, JI. Raya Puncak Km. 84 Cisarua — Bogor.koperasi ini merupakan koperasi yang bergerak dibidang jasa,asuransi, angkutan dan sbg. PENDEKLARASIAN dan pendirian Koperasi KOPSIMDO dihadiri Ketua Umum, Ketua Harian, Sekretaris Jenderal, Penasehat, Pengurus Pusat PSBI,serta pejabat dari Kementerian Koperasi Republik Indonesia yang diwakili Rudy Faisal, SH selaku Asisten Deputi Menteri dan Jauhari, SH Kepala Bidang Koperasi dan UKM, juga dihadiri oleh Aditya dari Kantor Notaris H. RIZUL SUDARMADI, SH.
IMG-20131221-WA0007
Dewan Penasehat:
1. Drs Effendi Muara Sakti Simbolon
2. Mayjend (Purn) Mahidin Simbolon
3. Marihad Simon Simbolon
Badan Pengawas:
4. Ir Raden Simbolon, selaku Ketua
5. Drs Richard Simbolon – Anggota
6. Drs Anthon Simbolon, MSi – Anggota
7. Kol (Purn) Mangasi Simbolon – Anggota
8. Drs LM Tonny Simbolon – Anggota
9. Ir Ramses Simbolon, MBA – Anggota
Pengurus:
10. Ranggu Robert Simbolon, BSc – selaku Ketua
11. Manginar Simbolon – Wakil Ketua
12. Buanersyah MD Silaban, SH – Sekretaris
13. Lamostar Hendri Simbolon – Wakil Sekretaris
14. Drs Mangapul Simbolon – Bendahara
15. Lipan Simbolon – Wakil Bendahara
penutup dan kesimpulan : kurang nya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya koperasi di indonesia mengakibatkan banyak masyarakat sekitar yang hidup atau tinggal di wilayah koperasi tersebut tidak ikut berkontribusi dalam memajukan perekonomian kehidupan mereka karenanya koperasi di indonesia khususnya harus lebih giat dan aktif untuk melakukan sosialisasi dan promosi kepada masyarakat luas untuk memajukan perekonomian masyarakat itu sendiri dan masyarakat luas.
*berikut kami lampirkan bukti foto kelompok kami di koperasi tersebut
IMG-20131221-WA0003
IMG-20131221-WA0005

Selasa, 10 Desember 2013

KISAH PERJUANGAN SEORANG IBU


IBU

Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.
Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemoohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapak. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Baby Love.
Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin pada bulan Desember. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Tahun Baru untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Seorang Ibu Sedang Mengantarkan Anaknya ke Sekolah
Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.
Ibu Menangis Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pensiun yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya. Pada tahun lampau beberapa hari sebelum Tahun Baru, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat itu tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dalam keadaan sakit.
Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: “Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!”

“Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Tahun Baru untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!” kata wanita tua itu.

“Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!” ucapan putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.

Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya “Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!”
Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Ibu yang Melahirkan Kita SemuaSeorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 365 hari dalam setahun. Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja “Mother’s Day” sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.

Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?
Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah meninggal, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.

Belajar hidup dari FERNANDO TORRES !

Liga Champions 2012 resmi berakhir, sejarah baru pun berhasil ditorehkan Chelsea sebagai klub penguasa seantero Eropa. Ada satu sosok yang menurut sangat bahagia mendapatkan trofi ini karena telah melewati penantian panjang dan bertahun-tahun. Dialah Fernando Torres. Bagi saya, sosok Torres merupakan seorang yang sangat menarik untuk diulas dalam perjalanannya mengejar gelar juara Liga Champions. Siapa yang tidak kenal Fernando Torres, sosok striker Chelsea kelahiran Spanyol ini memiliki segala atribut yang dibutuhkan untuk menjadi striker kelas dunia. Penuh talenta, cepat, kuat, dan sangat berbahaya di muka gawang lawan. Akan tetapi, kiprah Torres langsung meredup ketika ia memutuskan bergabung bersama Chelsea. Torres kehilangan kebuasannya sebagai striker yang  “kejam” di depan gawang lawan. Uang yang dikeluarkan Chelsea untuk menebusnya meninggalkan Anfield disayangkan banyak pihak karena Torres tidak mampu menunjukkan performa yang sesuai. Tidak ada yang menduga ternyata kemudian talentanya seolah menguap, hilang tak berbekas. Torres berubah dari seorang macan ganas, menjadi tak lebih dari macan kertas.
            Kepindahan ke Chelsea pun dilakukan dalam keadaan yang tidak baik bagi Torres. Transfer sebesar 50 juta poundsterling kemudian membuat Torres disebut-sebut sebagai pemain matre yang bermental uang. Bagaimana tidak, semenjak bersama Liverpool, Torres telah mampu menjadi primadona bagi para Liverpudlian.  Sehingga kepindahannya ke Chelsea tentu saja akan dianggap sebagai pengkhiatan bagi The Reds. Tapi Torres tetap pada pilihannya, ia memutuskan pindah karena ingin merasakan juara.
            Derita Torres ternyata bukan hanya berkahir pada hinaan dan cemoohan para pendukung The Reds yang kecewa dengan kepindahannya. Performanya bersama The Blues menjadikannya sebagai bahan lawakan seantero Inggris. Dari seorang ahli penjebol gawang menjadi striker mahal alergi gol. Entah apa sebenarnya yang tejadi pada diri Torres sehingga ia yang dulunya sangat tajam dan berbahaya di depan gawang lawan, sekarang hanya menjadi pemain berstatus bintang namun tak bersinar gemilang. Minim gol dan minus kontribusi bagi The Blues. Pamornya seketika meredup, puncaknya ialah ketika Del Bosque mengumumkan bahwa Torres tidak diikut sertakan sebagai pemain timnas Spanyol pada Euro 2012 di Polandia-Ukraina.
            Sudah jatuh tertimpa tangga. Torres terjebak pada situasi yang buruk melalui pengharapan pada capaian prestasi terbaik. Bukan hanya para pencinta bola yang bingung, Torres pun tentunya bingung. Ia yang sebelumnya begitu bersinar, kini hanya kebagian bola-bola liar di lapangan. Rekan-rekan di Chelsea pun kurang mempercayakan umpan-umpan indah padanya. Mereka mendukung Torres dari berbagai pernyataannya di media, tetapi mereka juga bersama pasti setuju bahwa ada yang salah pada diri Torres dan ia butuh waktu untuk menemukan performa terbaiknya kembali.
            Kisah hidup Torres tentunya juga relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Khususnya bagi mereka yang pernah merasakan indahnya karir dan manisnya prestasi. Kemudian, di saat kita semua sedang merasa akan mencapai puncak karir dan prestasi, di saat itu pula kita dicoba dengan cobaan yang tidak pernah mampu kita prediksi.
            Mengejar cita-cita dan mimpi memang membutuhkan perjuangan yang keras. Mewujudkan harapan bukanlah hal yang dilakukan dengan membalikkan telapak tangan. Mimpi dan cita-cita membutuhkan lebih dari sekedar usaha yang luar biasa. Kedua hal ini juga membutuhkan kesabaran. Ketika kita mendapatkan cobaan dalam perjalanan menggapai impian, sesungguhnya ini merupakan bentuk untuk mendewasakan pribadi kita yang masih lemah. Berbagai kesulitan itu ingin menguji semampu dan sekuat apa kita dalam perjalanan mengejar cita-cita.
            Dalam mengejar impian pun kerap sekali kita berada pada anggapan remeh dari orang lain. Tapi apakah kita harus menyerah? Di sinilah letak perbedaan antara para pemenang dengan pecundang.“The winner never quit, and the quitter never win” merupakan kalimat yang memiliki makna “Pemenang tidak pernah mundur dan mereka yang mundur tidak akan pernah menjadi pemenang” membedakan mereka yang takut dengan impiannya dan mereka yang kuat berjuang mewujudkannya. Tidak ada kesuksesan yang instan tanpa penderitaan dan perjuangan. Ketika kita melewatkan perjuangan dan takut menghadapi penderitaan, maka saat itulah kita makin jauh untuk merasakan manisnya sebuah kesuksesan.
            Sebuah proses dalam menggapai mimpi itulah yang membuat indah cerita biografi kita jika suatu saat kita tuliskan. Kisah hebat dalan bertahan dari segala kesulitan untuk mencapai impian itulah yang akan menjadi teladan bagi keluarga dan handai taulan. Ibarat metamorfosis seekor ulat daun menjadi kupu-kupu, tidak ada keindahan hidup yang luar biasa tanpa tekanan, himpitan, dan derita dalam berjuang.
            Saat ini mungkin kita menganggap berbagai kegagalan yang terjadi pada rencana-rencana kita berasal dari tidak adanya keberuntungan (lucky). Tapi yakinlah, bahwa keberuntungan itu pun perlu dipersiapkan melalui kegigihan. Kita menyaksikan bagaimana tidak menyerahnya Torres berjuang membuktikan bahwa dirinya masih layak diakui sebagai seorang pemain yang luar biasa. Ia tidak menyerah meskipun setelah berpindah ke Chelsea beberapa kali ia tidak mendapatkan posisi sebagai seorang penyerang. Tetap berjuang untuk membawa Chelsea menang. Hingga kemudian sebuah gol indah penutup kemenangan Chelsea atas Barca terjadi di Camp Nou sebagai pembuktian bahwa ia masih menjadi pembobol ulung.
            Bagi yang menyaksikan pertandingan tersebut tentunya tidak akan menyangka bagaimana Torres yang dimasukkan di menit-menit akhir pertandingan mampu mendapatkan bola yang kemudian menjadi petaka bagi tim Catalan sehingga kemudian segenap media massa di dunia memberitakan hal ini berulang-ulang. Memunculkan harapan dan pujian yang sangat besar bahwa El Nino sudah kembali pada jalan yang benar. Bagaikan efek domino, penampilannya terus mengalami perbaikan, dan puncaknya ialah ketika menjadi hattrick dalam pertandingan menghadapi sebuah tim liga Inggris.
            Kisah Torres dalam menghadapi masa-masa sulitnya untuk kembali pada kegemilangan karir tentunya memiliki nilai pelajaran hidup yang sangat sayang untuk dilewatkan. Terlepas dari prasangka Torres adalah seorang pesepak bola yang mementingkan uang, yang jelas berprasangka buruk tidaklah akan membawa pelajaran yang positif bagi diri kita. Dalam menggapai sebuah kesuksesan, potensi dan kemampuan yang kita miliki sering sekali tidak berarti banyak tanpa berada pada tempat yang tepat dalam waktu yang tepat. Dalam mencari tempat yang tepat inilah dibutuhkan keberanian untuk melewati batas kenormalan dengan mencari tantangan-tantangan baru. Sementara waktu yang tepat hanya akan tercipta setelah usaha benar-benar maksimal dilakukan.
            Torres boleh saja dihina, disebut matre, dan pernah diremehkan ketika berada pada masa-masa sulit menggapai impiannya. Akan tetapi, tanggal 20 Mei 2012 ini harapan Torres merasakan juara di level Eropa sudah  menjadi  kenyataan.  Chelsea juara, sehingga tidak ada yang sia-sia dengan pilihan Torres. Meskipun ia tidak mencetak gol penentu kemenangan Chelsea, tetapi menurut saya Torres telah menemukan momentum yang tepat untuk mendapatkan impiannya. Menjadi juara Liga Champion Sementara bagi para pembenci Torres, boleh jadi mereka akan terus membenci dan tidak menyukainya, karena dalam hidup ini orang-orang yang seperti itu akan selalu hadir dalam setiap perjuangan para pengejar mimpi. Namun, apakah harus selalu berusaha disukai orang lain untuk sesuatu yang benar-benar baik dan berarti bagi diri Anda?


Artikel perjalanan BOB SADINO

PERJALANAN
" BOB SADINO "

 Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.


Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lloyd di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.

Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100,-. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.

Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.

Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.

Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.

Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.

Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.

Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.

Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.

Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.

Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.

Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.

Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”

Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.

”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.

Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.

Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.





Profil dan Biodata Bob Sadino
Nama               : Bob Sadino
Lahir                : Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama             : Islam
Pendidikan      :
  • SD, Yogyakarta (1947)
  • SMP, Jakarta (1950)
  • SMA, Jakarta (1953)

Karir :
  • Karyawan Unilever (1954-1955)
  • Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
  • Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
  • Dirut PT Boga Catur Rata
  • PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
  • PT Kem Farms (kebun sayur)