Warga Johar Baru Kembali Bentrok
Beberapa hari terakhir ini, Jakarta dihantui tawuran antar warga yang terjadi sporadis. Akhir pekan lalu, dua tawuran pecah di kawasan Johar Baru dan Pasar Rumput. Dan Selasa sore kemarin, tawuran serupa juga terjadi kawasan Tanah Tinggi. Tawuran ini memperlihatkan bahwa hukum dan peraturan tidak lagi ditakuti dan ditaati. Ada apa sebenarnya dengan masyarakat kita ?. Kenapa mereka begitu mudah tersulut. Berikut laporannya.
Hujan batu, kayu, botol kaca hingga bom molotov ini mewarnai bentrokan antar warga Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat. Bentrokan massal yang terjadi Selasa sore ini melibatkan ratusan pemuda dari gang 10 dan tetangganya di gang 12.
Bentrokan kali ini kian mengukuhkan kawasan Johar Baru sebagai kawasan pemukiman paling rawan bentrokan di seluruh wilayah ibukota Jakarta. Bentrokan ini hanya berselang dua hari dari bentrokan serupa yang terjadi di Kecamatan Johar Baru, akhir pekan kemarin. Bahkan dalam kurun waktu empat bulan terakhir, tercatat sudah terjadi 23 kali bentrokan, di wilayah Johar Baru.
Entah apa yang memicu tawuran antar warga ini, yang pasti, warga yang memulai tawuran ini tergolong nekad. Mengingat di wilayah Johar Baru, telah dipasang kamera pemantau atau CCTV, yang ditempatkan di sejumlah titik rawan tawuran, oleh Pemprov DKI Jakarta, sejak beberapa pekan lalu. Ironisnya, hingga saat ini banyak warga yang tidak tahu menahu pemicu bentrokan tersebut, meski bentrokan sudah berulang kali terjadi.
Aparat kepolisian sendiri mengaku kewalahan, jika harus melerai warga yang sedang dikuasai emosi saat terlibat dalam bentrokan. Aparat kepolisian hanya bisa menghimbau warga menahan diri dan tidak terpancing oleh provokasi pihak lain.
Bentrokan antar warga Gang 10 dan Gang 12 Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat ini baru benar-benar berhenti, setelah aparat kepolisian melepaskan tembakan dan gas air mata di lokasi kejadian. Polisi juga memburu sejumlah warga, yang terlibat dalam tawuran.
Mengapa begitu banyak warga yang mudah tersulut dan terlibat dalam bentrokan?. Benarkah bentrokan di Johar Baru yang terjadi berulang-ulang ini murni karena persoalan yang muncul di antara mereka sendiri?. Juru bicara Forum Betawi Rempug, Fajri Husein, menduga, adanya rekayasa dalam aksi tawuran di Johar Baru.
Dugaan adanya upaya mengguncang stabilitas ibukota Jakarta, melalui serangkaian aksi tawuran di Johar Baru ini juga diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Priyanto.
Sementara menurut sejumlah pimpinan Badan Musyawarah Betawi, berbagai aksi tawuran hingga bentrokan yang terjadi di sejumlah tempat di Jakarta, dipicu oleh tersumbatnya saluran komunikasi di masyarakat. Karena itu, pemerintah bersama tokoh masyarakat, perlu lebih serius memperhatikan persoalan di masyarakat. Khususnya terkait kemiskinan, yang kian meluas.
Bahkan kian seringnya aksi tawuran dan bentrokan secara massif, membuat Pemprov DKI Jakarta menggolongkan kasus tawuran ini dalam bencana kemanusiaan, yang berpotensi menghancurkan bangunan fisik dan tatanan sosial.
Terlepas dari apa pemicu bentrokan antar warga yang kerap terjadi di sejumlah tempat di Jakarta, yang pasti, tawuran dan bentrokan massal ini sudah seharusnya dihentikan, untuk mencegah berbagai kerusakan yang lebih serius yang bisa ditimbulkannya. Bukankah tawuran dan bentrokan hanya akan menyisakan kehancuran, baik bagi yang menang apalagi mereka yang dikalahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar